Kamis, 10 Mei 2012

Perpedaan Sedekah Dan Membantu Orang laen

"Perbedaan Bersedekah Dan Membantu Orang Lain, Dengan Niat Karena Allah SWT, Dan Niat Karena Merasa Tidak Enak Kepada Tetangga?"




Pendidikan karakter akhlakul karimah sudah selayaknya kita mulai dari diri sendiri. 
Hal yang sering tidak kita sadari dalam proses bersedekah adalah, meluruskan niat dalam qalbu untuk secara totalitas menjadi sebuah eksekusi dari menjalankan perintah Allah SWT. 

Sering tidak kita sadari, kita bersedekah atau membantu orang lain bukan karena niat yang lurus ikhlas kepada Allah SWT, melainkan karena merasa tidak enak kepada orang lain atau tekanan opini publik terhadap status kita dalam masyarakat, tekanan psikologis karena dia teman akrab, sahabat yang sudah seperti saudara atau alasan lainnya yang bukan karena Allah SWT. Ini salah satu niat yang disebut tidak berkarakter akhlakul karimah meluruskan niat kepada Allah SWT.

Sebagi contoh: Salah seorang sahabat adalah mantan orang kaya yang baik hati, baru saja bercerai dengan suaminya. 

Sebut saja C. Dia orang yang baik hati sekali. 
Ketika dia bercerai dia memiliki cukup banyak uang namun tidak memiliki rumah dan hanya menyewa rumah untuk usahanya. 
Dia pun menjadi obyek tempat untuk meminjam uang oleh teman2 dan kerabatnya yang notabene sebenarnya kondisinya lebih baik daripadanya, suami-istri bekerja dengan pekerjaan tetap dan punya rumah.
 Ketika salah satu sahabatnya meminjam uang, dia merasa tidak enak hati untuk menolaknya (bukan dengan niat membantu karena Allah SWT), dia berikan kalung perhiasannya untuk digadaikan dengan nilai Rp. 50 juta kepadanya. 
Ketika usahanya lancar, dia memang belu butuh suntikan modal. 
Pada suatu saat usahanya seret, dia membutuhkan uang untuk menyuntik usahanya.
 Maka menagihlah dia kepada orang-orang yang meminjam uang kepadanya. 

Tidak ada satupun yang mengembalikan dengan berbagai alasan. C pun stress dan sakit hati, karena dia merasa kesulitan hidup menderanya, tidak ada suami yang bisa menjadi sandaran hidup, tidak ada rumah yang bisa menaunginya berteduh kecuali rumah kontrakan yang akan habis masa sewanya dan lebih parah lagi uang yang dipinjamkannya sewaktu dia memiliki banyak uang, satupun tidak ada yang kembali. 

Keadaan pun menjadi semakin parah ketika stress yang menderanya berubah menjadi penyakit yang membuatnya masuk rumah sakit, sementara orang-orang yang dipinjaminya uang tidak ada yang menjenguknya. 
Dia bercerita hal itu kepada saya dan istri dengan penuh linang air mata. 

Saya memintanya tabah dan ikhlas kepada Allah SWT dan berserah diri secara totalitas meluruskan segala niat hidup hanya dan karena DIA, memasukkan segala syariat ke dalam diri sehingga segala niat, ucapan dan perbuatan lurus dengan niat hanya kepada Allah SWT bukan karena niat tidak enak hati, niat karena tetangga dekat dsb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar